Selamat malam Bu Roro,
Ijin memperkenalkan diri, saya Yoshua Ade Nugroho kelas Meteorologi 2A. Pertama saya berterimakasih kepada pihak ketarunaan STMKG, karena dari pihak ketarunaan inilah saya bisa bertemu dengan orang-orang hebat seperti Bu Roro, Pak Agus, dan Pak Anton.
Jujur Bu, first impression saya waktu melihat pembina-pembina (Bu Roro, dkk - Red) pada pertemuan pembekalan "kesekian kalinya" ini pasti akan membosankan. Namun semua ekspektasi saya terpatahkan dengan kejutan-kejutan yang Ibu berikan kepada kami, mulai dari suasana kelas yang dibuat se-friendlymungkin, tata tempat duduk yang unordinary, dan lainnya.
Oke, langsung saja kita diskusikan bersama beberapa pertanyaan yang Ibu ajukan kepada kami :
1. Bagaimana gambaran suatu pembelajaran pembinaan mental yang ideal untuk STMKG sehingga dapat memenuhi kebutuhan taruna dalam pengembangan mental dan potensinya menjadi ASN yang profesional?
Ijinkan saya meringkas pertanyaan ini menjadi "bagaimana cara membentuk dan mempersiapkan pribadi taruna STMKG yang kelak akan menjadi ASN?" Menurut saya dalam kurikulum pendidikan yang sudah diset sedemikian rupa oleh otoritas kampus maupun resimen, saya melihat pembinaan mental yang terkesan hanya membentuk taruna menjadi pribadi yang siap digerakkan jika ada komando. Disini saya melihat kurangnya pembinaan 'inisiatif' untuk selanjutnya dapat membentuk sikap taruna yang tak cuma diam ditempat dan menunggu komando, namun taruna seharusnya dapat bergerak ketika dirinya harus bergerak, tidak menunggu disuruh-suruh lagi. Pembinaan semi-militer ini sudah baik, namun jangan sampai sikap disiplin yang diajarkan tidak salah kaprah diterima oleh taruna, terkesan bila dirasakan seperti 'pemerintahan otoriter' dimana rakyat (taruna) hanya melakukan kehendak pemimpin dan menghiraukan haknya untuk berpendapat. Dalam kasus ini bisa terjadi bahaya laten dari trauma pemerintahan kita pada masa lampau dulu. Karena tidak bisa kita pungkiri pendidikan dengan metode seperti ini memang sedikit banyak menurut saya ada 'warisan' pembinaan mental dari masa yang lalu.
Pembinaan yang bersifat inisiatif ini dapat diterjemahkan taruna bisa menjadi pioneer dalam sebuah tim serta lingkungannya yang disertai dengan mental ideologi. Jadi fokus pendidikan ini adalah bagaimana taruna melatih syaraf leadership miliknya agar bisa terus bergerak dan tidak stuck dalam zona nyaman. Diharapkan nantinya setelah ditempatkan di UPT taruna tidak melulu menjadi pegawai biasa sampai dia pensiun, namun bisa berkembang dan mengembangkan UPT dimana dia ditempatkan, berdampak bagi lingkungan sekitar, dan tetap menjaga kredibilitasnya sebagai ASN sekaligus seorang pemimpin (bebas dari praktik KKN!).
Penyataannya dalam pendidikan taruna adalah dengan memperbanyak frekuensi event yang bersifat Focus Group Discussion, Talkshow, Problem-solving Discussion, Pendidikan Mental Ideologi Kebangsaan, Lomba Paper/Makalah, serta event lainnya yang berkaitan. Semuanya sesuai disiplin ilmu dengan ditambahkan aplikasinya untuk masyarakat, taruna tidak hanya melakukan kajian dengan banyak rumus serta penjelasan, namun lebih dari itu tujuan dari kompetisi yang dibangun ini selain membentuk karakter the real leader yang tidak memikirkan dirinya sendiri melainkan mengutamakan pengabdian kepada masyarakat.
2. Apa saja yang ingin adik-adik ketahui terkait dengan pembinaan mental? Apa saja yang sebaiknya diajarkan?
Saya ingin lebih mengerucutkan pembinaan mental disini sebagai wadah bagi taruna untuk mempersiapkan dirinya menghadapi dunia luar kelak, bukan sebagai wadah senioritas semata yang menurut saya useless jika tidak disertai dengan penjelasan-penjelasan mengapa pembinaan ini perlu untuk taruna. Untuk materi apa saja yang harus diajarkan disini saya tetap memilih pembinaan semi-militer, dengan peraturan mengikat, disiplin tinggi, dan dengan segala pembinaan kepribadiannya. Namun disini saya menambahkan agar kelak dibentuk pembinaan karakter taruna, supaya terlihat diluar kelak taruna STMKG berbeda dan memliki karakter tersendiri dibanding PTK lainnya. Pendidikan karakter yang dimaksud adalah seperti butir yang saya jelaskan di pertanyaan pertama, yaitu dengan pembentukan inisiatif serta kepemimpinan.
3. Bagaimana gambaran instruktur nya? Bagaimana keterlibatan taruna dan taruni dalam proses pembelajaran?
Instruktur yang saya lihat kebanyakan dari TNI dan pembina internal. Nah, disini sudah baik, namun alangkah baiknya BMKG Pusat memberikan sedikit perhatiannya kepada STMKG dengan mendatangkan pakar-pakar dan pembicara lebih banyak lagi, disini saya lihat hanya taruna yang mengikuti organisasi tertentu yang bisa berkomunikasi dan berjumpa dengan para expert dari BMKG. Saya tegaskan, semua taruna memiliki hak yang sama. Jadi sebaiknya event-event massal untuk taruna di berbagai tingkatan diperbanyak, sehingga wawasan taruna tidak mentok sampai di satu titik saja dan pemandangan ironi dari taruna yang dipercaya masuk organisasi tertentu dengan taruna biasa tidak terjadi lagi. Beri semua taruna kesempatan yang sama.
4. Apa hal-hal lain yang menarik yang sebaiknya masuk dalam lingkup pembinaan mental taruna?
Hal lain yang seharusnya masuk adalah pembinaan pengabdian kepada masyarakat. Sejauh ini yang saya lihat perkembangan kegiatan pembinaan hanya 'masuk kedalam' saja, namun lingkungan luar yang semestinya menjadi unsur pokok malah seakan-akan terabaikan. Disini saya melihat sudah ada pergerakan dari jurusan Klimatologi dan Geofisika yang baru saja mengadakan simulasi gempa di Palabuhanratu serta dari resimen mengadakan gerakan STMKG mengajar. Semoga saja kegiatan-kegiatan serupa dapat dilakukan secara kontinyu oleh STMKG. Variasi kegiatan dapat berupa penyuluhan pertanian, sosialisasi tanggap cuaca, tanggap bencana, pendidikan sekolah lapangan bagi SD, SMP, SMA /sederajat di sekitar STMKG. Diharapkan STMKG bukan hanya sebagai institusi pendidikan saja, namun juga menjadi wadah pengabdian masyarakat yang nyata dari tubuh BMKG itu sendiri. Sehingga BMKG bisa lebih dekat, lebih dikenal. Dampaknya tentu akan sangat massive bila dilakukan secara terus menerus, bayangkan masyarakat Indonesia yang dulunya buta akan MKG nantinya akan melek MKG!
Pembicaraan kita kali ini saya tutup dengan ucapan terimakasih (lagi) kepada Ibu Roro, dkk. Mohon maaf bila ada kesalahan, doa saya semoga dengan pembekalan kali ini STMKG menjadi the realSTMKG bukan AMG lagi. Bongkar kebiasaan lama, bangun BMKG berkarakter dan berkepribadian! Sebarkan STMKG effect ke seluruh UPT BMKG di NKRI, bahkan ke seluruh dunia!
Salam Hangat dari Pondok Betung!
Yoshua Ade Nugroho
Kadang saya nggak percaya kalau yang nulis itu artikel adalah diri saya sendiri. Karena saya melakukannya saat tengah malam dalam keadaan setengah sadar dan perut lapar. Mungkin saya kemasukan arwah sesepuh kosan yang dulunya jago peribahasa dan bikin puisi, heuheu. Entah mengapa juga sehabis saya menulis artikel ini saya langsung tertidur pulas juga, hahaha.
source : dokumen pribadi
Oh Crap! Itu namaku kok nongol ya? hahaha. Sempat syok, but..terimakasih banyak arwah sesepuh kosan siapapun kamu karena telah merasukiku ((kidding)) - Actually I thanked God because It was nearly impossible for me to do such as that thing (read : writting). Dan ente tau, di sana juga bersemayam artikel para blogger senior temen sekolahan saya, hmmm..kali ini kalian tidak bisa berbangga hati dapet flesdis dari ostrali, look at me lord blogger! hahahahahahahahhaha (buat yang ngerasa, maap yak :v). Btw saya kangen banget sama Bu Roro lho..Bu!
foto pemberian souvenir oleh Kasubbag Admiktar & Kerjasama
penampakan souvenir berupa flesdis 8GB dari Ostrali
source : dokumen pribadi
Intinya adalah, semua orang punya bakat nulis, karena nulis itu modalnya cuman satu, yaitu keyboard! hahaha. Pokoknya jangan minder lah, jika ada ide terlintas di otakmu, langsung tangkap dan curahkan ke media-media seperti blog, catatan, buku, diary, atau apapun itu. Nulis itu gak ada ruginya kok, malah banyak untungnya sob!
Pondok Betung, February 3rd, 2016
Blogger keren
Yoshua Ade Nugroho